Istilah Dalam Videografri Yang Harus Diketahui
Setiap orang bisa membuat karya film video asalkan tahu dan paham proses pembuatannya dan cara-cara penggunaan peralatannya. Asalkan ada kemauan dan peralatan tidak susah untuk mempelajarinya. Apalagi saat ini kamera video sudah bukan barang asing lagi. Dalam lingkup keluarga pun sudah dikenal handycam, peralatan sederhana yang sudah dipenuhi beberapa fasilitas.
Pertama kali yang perlu kita ketahui untuk pengambilan gambar adalah pengenalan terhadap kamera. Kamera merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah pengambilan gambar. Tanpa menyepelekan bagian yang lain, tanpa kamera sebuah produksi tidak bisa berjalan, karena di kamera inilah gambar dan suara direkam ke dalam film atau pita video.
Ada berbagai macam jenis kamera yang beredar, mulai dari kamera handycam sampai kamera professional broadcast, Dslr, Miroless, Drone, Kamera Action, Hanpone. Kamera handycam disebut juga kamera keluarga karena lebih banyak digunakan untuk kepentingan keluarga dan pengoperasiannya juga mudah, meskipun ada beberapa jenis handycam yang bisa digunakan untuk kualitas broadcast (seperti : Sony seri DSR DVCam dan Canon XL- Panasonic. Sedangkan kamera professional dipakai oleh seorang yang professional dibidangnya, karena penggunaannya perlu beberapa ketrampilan dan pengetahuan khusus tentang fasilitas kamera itu sendiri.
Masing-masing jenis kamera mempunyai kelas yang berbeda sesuai kebutuhannya, namun fungsi dan pengoperasiannya tidak jauh berbeda, hanya mungkin fasilitas dan kualitas hasil rekamannya yang berbeda.
Pada dasarnya setiap kamera terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu :
1. Lensa
2. Tubuh Kamera
3. Recorder/VCR
1. LENSA
Lensa mempunyai fungsi untuk memilih bidang
pandang tertentu dan ditangkap secara optik yang menghasilkan gambar dan
diteruskan ke permukaan tabung kamera (yang nantinya oleh tabung kamera diubah
lagi dari optik ke elektrik).
Ada beberapa jenis lensa menurut panjang
fokalnya. Panjang fokal adalah jarak antara pusat optik lensa dengan titik di
mana gambar terlihat dalam keadaan focus.
Ada beberapa jenis
lensa, yaitu :
> Lensa
Normal
Lensa ini sering
disebut dengan lensa standart. Gambar yang dihasilkan dengan lensa normal ini
memberi kesan yang biasa dan datar. Tidak ada efek distorsi atau melengkung.
> Lensa
Wide/Sudut Lebar
Disebut lensa sudut lebar karena jangkauan dari
subyek yang bisa ditangkap oleh lensa cukup lebar, sebagai gambaran dengan
menggunakan lensa sudut lebar, kita tidak perlu mundur mengambil jarak karena
ada beberapa bagian yang tidak tertangkap lensa, terutama pada pengambilan
gambar grup shot, arsitektur, keramaian sebuah pasar, dan lain-lain.
> Lensa
Tele
Lensa dengan focal length yang panjang, bila
menggunakan lensa ini subyek jadi terasa dekat sehingga kedalam menjadi kurang,
keuntungannya kita bisa merekam gambar dari jarak cukup jauh tetapi dapat
menghasilkan gambar seperti kalau kita dari jarak dekat. Selain itu penggunaan
tele lens memberikan keuntungan pada kita akan ruang tajam yang sempit,
sehingga kita dengan leluasa bisa melokalisir subyek, sementara yang lainnya
akan terlihat blur. Kerugiannya disamping kedalam kurang, sedikit saja
goyangannya pada kamera akan terlihat sekali dari hasil rekamannya, biarpun
kita sudah memperoleh focus yang maksimal. Untuk menghindari goyangan kamera,
kita bisa menggunakan tripod atau monopod.
> Lensa Macro
Lensa ini sangat baik digunakan untuk merekam
benda-benda kecil, seperti capung, serangga, buah yang kecil-kecil. Panjang
fokal lensa macro antara 55-105 mm, tetapi didalam lensa macro (beda dengan
lensa biasanya) ditambah beberapa jenis lensa sehingga kita bisa merekam gambar
dari jarak dekat sekali, dan perbandingan antara subyek dengan yang ditangkap
oleh lensa bisa mencapai 1:1.
> Lensa
Vario/Zoom
Lensa jenis ini merupakan penggabungan dari lensa
sudut lebar sampai ke lensa tele. Jadi kita tidak perlu lagi mengganti lensa,
cukup satu lensa sudah mencakup semua jenis lensa : lensa normal, lensa wide,
lensa tele, dan lensa macro. Pada umumnya kamera video sudah dilengkapi dengan
lensa zoom.
FOKUS
Secara sederhana kita artikan saja ketajaman dari
suatu titik ataupun benda yang kita lihat dengan mata telanjang. Begitu juga
bila mata kita melihat sebuah benda melalui viewfinder kamera, maka benda yang
tampak di viewfinder tersebut mungkin tajam, mungkin pula tidak. Untuk mengatur
agar benda yang kita lihat malalui viewfinder nampak tajam, kita harus mengatur
focus dengan cara memutar gelang pengatur jarak yang ada pada lensa.
F-STOP, DIAFRAGMA
F-stop adalah bilangan yang menunjukkan
perbandingan antara panjang fokal dengan diameter lensa. Diafragma/Iris adalah
bukaan lensa untuk menangkap sinar yang masuk. Semakin kecil angka f-stop, maka
bukaan diafragma/irisnya semakin besar, dan sebaliknya semakin besar f-stop,
bukaan diafragmanya semakin kecil. Pengaturan diafragma ini akan berkaitan pula
dengan depth of field.
DEPTH OF FIELD
Yang dimaksud ruang tajam adalah
ruang atau area pada foto semuanya akan terlihat tajam. Ruang tajam bisa
kita atur sesuai dengan yang kita inginkan. Ruang tajam sangat dipengaruhi oleh
seberapa besar aperture dibuka (besar bukaan diafragma), berapa milimeter
panjang focal dari lensa yang digunakan, dan jarak lensa terhadap subyek yang
akan dijepret. Semakin besar bukaan diafragma dan dengan kombinasi panjang
focal lensa yang cukup panjang dan pengambilan dari jarak yang tidak terlalu
dekat maka Depth of field menjadi sempit.
WHITE BALANCE
Salah satu kewajiban kita sebelum merekam gambar
adalah harus mengeset white balance kamera terlebih dulu. Pada intinya televisi
atau video menerima cahaya dari 3 warna primer RGB, red, green, dan blue. Bila
ketiga warna ini dipadukan dalam perbandingan yang sama, maka akan menghasilkan
warna cahaya putih. Warna putih inilah yang harus kita sesuaikan agar obyek
putih benar-benar terlihat putih di lensa kamera. Padahal warna putih jika
terkena cahaya warna lain sedikit saja akan berubah, seperti kekuning-kuningan
atau kebiru-biruan. Jika di luar ruang/outdoor, maka warna yang ditangkap
kamera video cenderung kebiru-biruan. Sedangkan di dalam ruangan/indoor
cenderung kemerah-merahan. Untuk itulah di beberapa kamera video dilengkapi
filter koreksi warna dan white balance yang dipasang di antara lensa dan tabung
kamera. Pada umumnya kamera video dilengkapi 2 filter koreksi untuk outdoor dan
indoor. Tetapi ada juga yang dilengkapi 4 jenis filter koreksi warna.
TUBUH KAMERA
Tubuh kamera ini berisi tabung pengambil gambar
(pick up tube) yang berfungsi untuk merubah gambar optik yang dihasilkan lensa
menjadi sinyal elektrik. Di tubuh kamera ini biasanya juga dilengkapi dengan
beberapa fasilitas kamera, seperti white balance, steady shot, digital effect,
shutter speed, dan lain-lain. Tergantung jenis kamera dan kebutuhannya.
VIEWFINDER
Viewfinder merupakan monitor kecil sebagai
jendela pengamat kita untuk bisa melihat obyek yang masuk ke dalam kamera. Pada
umumnya viewfinder ini hanya monitor hitam putih. Tetapi ada
beberapa yang berwarna seperti Handycam Sony dan Canon XL-1.
Dalam viewfinder biasanya disertai informasi fasilitas dan indicator pada saat rekaman, seperti indicator posisi kamera record atau pause/stand by, white balance, iris, dan battery atau kaset habis dan lain sebagainya.
3. RECORDER/VCR
Salah satu bagian dari kamera adalah VCR (Video
Casette Recorder) alat perekam gambar dan suara. Di beberapa kamera ada yang
recordernya terpisah seperti jenis U-matic. Tetapi ada juga yang menjadi satu
dengan bodi kamera. Kelebihan menjadi satunya bodi kamera dengan recorder
adalah keringanan dan efisiensi waktu. Pekerjaan menjadi lebih mudah.
KOMPOSISI
a. Walking space dan Looking space
Dalam mengatur komposisi ketika kita mengambil gambar benda atau orang
berjalan perlu diperhatikan ada ruang di depan benda itu sesuai arah hadap
benda atau orang tersebut.
b. Head space
Komposisi ruang di atas kepala obyek atau suatu
benda.
c. In (arrive/kedatangan) dan Out (go/kepergian)
Komposisi gambar yang menunjukkan bahwa suatu obyek itu bergerak
mendekat atau menjauh.
d. Potongan Kencana
Dalam melakukan framing pada manusia perlu
diperhatikan jangan sampai memotong gambar pada persendian. Jika hal itu
terjadi seakan-akan obyek manusia yang kita ambil terpenggal, terpotong tepat
pada persendian. Misalnya penggal leher, pergelangan tangan, siku, atau lutut.
Agar tidak terkesan terpenggal ambil framing diantara persendian. Misalnya
tangan di antara siku dan pergelangan tangan.
e. Rule of Third
Konsep ini hanya sebagai patokan dalam membuat komposisi. Andaikan
layar monitor dianggap sebagai satu bidang persegi yang terbagi dalam 3 bagian.
GARIS IMAGINER
Garis imaginer digunakan untuk memberi batas
posisi kamera dalam mengambil gambar agar tidak jumping dan menjaga
kontinyuitas gambar. Gampangnya kita bayangkan garis lurus yang memisahkan kiri
dan kanan. Apabila kita meletakan kamera posisi di sebelah kanan, maka untuk
pengambilan berikutnya (apalagi jika kamera tidak hanya satu) juga harus
mengambil dari posisi sebelah kanan. Begitu juga sebaliknya.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh sesorang yang belajar
mengoperasikan kamera dari nol hingga bisa jawabannya ialah tergantung. Karena
setiap orang tidak sama dalam hal daya serap maupun pengetahuan. Tetapi jika
mau belajar pasti lambat laun dalam kurun waktu yang tidak lama juga bisa mengoprasikannya
secara baik dan benar.
Basic Camera
Operation
Camera video ada berbagai macam merk, bentuk, dan
varian. Begitu juga media penyimpanan gambar juga bermacam-macam. Contoh-contoh
merk terkenal antara lain: Sony, Panasonic, Phillip, Ikegami, JVC, dan
lain-lain. Dari berbagai merk tersebut masing-masing mempunyai beragam varian
dan bentuk. Mulai kamera amatir, semi profesional, dan kamera profesional.
Media penyimpanan gambar antara lain: Betacam, Dvcam, Dvc-pro, MiniDV, maupun
berbentuk card (kartu memori).
Bagi pengguna pemula/amatir biasanya dengan mode
auto sudah cukup untuk mendapatkan gambar standar. Tatapi dalam kondisi
tertentu, mode auto tidak bisa kita pakai untuk mendapatkan gambar sesuai
dengan kemauan kita. Itulah sebabnya kenapa para Cameraman profesional sering
menggunakan mode manual dalam mengoperasikan kamera.
The Main Control
Ada 6 control dasar
pada kamera:
Exposure:
o
Aperture
o
Shutter Speed
o
ND Filter
o
Iso
Filter Colour
White Balance
Zoom
Focus
Audio Levels
1 Exposure
Eksposure secara sederhana dapat saya artikan sebagai pencahayaan kamera. Untuk
mendapatkan gambar yang normal, tidak gelap (under exposure) dan tidak sangat
terang (over exposure) harus diperhatikan:
·
Aperture
(diafragma)
Di kamera televisi
disebut juga Iris, yaitu sejumlah lembaran metal tipis yang disusun sedemikian
rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur banyaknya sinar yang masuk
ke lensa kamera. Iris seperti pupil mata kita yang bisa membesar dan mengecil
sesuai cahaya yang masuk. Bila Iris dibuka selebar mungkin, lensa mengirim
sinar maksimum de dalam kamera, sebaliknya kalau bukaan iris dikurangi lubang
diafragma akan menyempit, sehingga sinar yang masuk ke kamera jadi sedikit.
Bukaan diafragma diukur dalam satuan f-stop: f/1.4 – f/22. lebih kecil nomor
f-stop = bukaan diafragma besar, lebih besar nomor f-stop = bukaan diafragma
kecil. Pengaturan iris secara manual dapat dilakukan dengan memutar ring iris
di lensa kamera.
·
Shutter Speed
Biasanya shutter
speed standar di kamera televisi 1/50. kecuali anda ingin menggunakan efek
shutter atau untuk mensinkronkan dengan objek, baru Shutter Speed di posisi ON
untuk selanjutnya bisa kita pilih sesuai tujuan kita.
·
ND Filter
Filter ND (Neutral
Density) berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar yang terlalu kuat tanpa
mempengaruhi kualitas warna cahaya. Filter ini digunakan bila kondisi cahaya
terlalu keras, seperti tengah hari yang terik.
·
Iso
ecara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor
kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif
sensor terhada cahaya.
2. Filter Colour
Berfungsi untuk
mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk ke dalam kamera. Umumnya kamera
video memiliki dua buah filter koreksi warna. Untuk shoting di dalam ruangan
dengan cahaya lampu tungsten (kemerahan) kita pasang filter 3200ºK dan untuk
shoting dengan penerangan cahaya
matahari kita gunakan filter 5600ºK.
Cahaya matahari
banyak mengandung warna biru. Kalau kita memasang filter no.2 (5600ºK) untuk
matahari, sebenarnya kita memasang filter berwarna oranye untuk mengimbangi
warna biru pada matahari. Cahaya lampu bohlam lebih mengandung warna merah,
maka kita pasang filter no.1 (3200ºK) yang berwarna kebiru-biruan.
Sumber cahaya yang
lebih tinggi intensitas sinarnya mengandung warna biru, sumber cahaya yang
intensitas sinarnya rendah lebih mengandung warna merah. Perbedaan warna cahaya
ini tergantung pada suhu dan diukur dengan derajad Kelvin.
3. White
Balance
Intensitas cahaya
berbeda-beda pada saat yang berbeda dan tempat berbeda dalam sehari. Cahaya
matahari di luar (daylight) mempunyai suhu kurang lebih 5600ºK, cahaya bohlam
di dalam ruangan mempunyai suhu kurang lebih 3200ºK, cahaya lampu TL mempunyai
suhu antara 5000ºK-6000ºK. karena intensitas cahaya sangat berbeda maka filter
koreksi warna tidak bisa menghasilkan warna putih yang tepat. Maka dari itu
kamera video juga dilengkapi dengan tombol untuk menyetel white balance. Cara termudah
untuk white balance adalah dengan mengarahkan kamera terhadap benda putih apa
saja yang berada dalam kondisi cahaya yang sama dengan cahaya yang kita
pergunakan untuk merekam adegan.
Cara menyetel white
balance:
* Pertama cocokkan filter koreksi warna dengan kondisi cahaya yang kita pakai shoting.
* Arahkan kamera terhadap benda putih apa saja
* Kamera di zoom sampai yang terlihat di viewfinder hanya warna putih
* Tekan tombol AWB (Auto White Balance)
* Kamera siap untuk merekam.
Catatan: kamera harus di white balance lagi
apabila keadaan cahaya berubah.
Bagi para cameraman profesional sering juga
melakukan white balance dengan cara manual yaitu dengan mengatur Colour
Temperature pada menu di kamera.
4. Zoom
Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi objek secara optik,
dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang sempit (telephoto) ke
sudut lebar (wide angle).
Zoom in : mendekatkan objek dari long shot ke
close up
Zoom out : menjauhkan objek dari close up ke long
shot.
Zooming bisa dilakukan dengan dua cara:
a. Manual: dengan memutar ring zoom pada lensa
b. Servo : Biasanya tombol zoom servo ada pada
handle camera sehingga terjangkau jari pada waktu mengoperasikan kamera
5. Focus
Fokus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk
jarak tertentu. Gambar dikatakan fokus apabila proyeksi gambar yang dihasilkan
oleh lensa jatuh di permukaan tabung atau CCD jelas dan tajam. Sehingga nampak
juga di viewfinder dan monitor.
Depth of field
Depth of field atau
bidang kedalaman adalah bidang dimana objek-objek di depan dan di belakang
objek utama tampak dalam fokus.
Secara teknis, shot dengan bidang kedalaman yang luas memudahkan
cameraman mengikuti gerakan objek. Bidang kedalaman yang sempit mengharuskan
kita untuk terus menerus follow focus apabila kamera atau objek bergerak.
Secara estetis depth of field sangat berperan dalam menciptakan
perspektif visual pada keseluruhan adegan (shot).
3 hal yang
menentukan depth of field :
1. Panjang Fokal Lensa
Semakin panjang fokal lensa = bidang kedalaman semakin sempit atau
kata lainnya
fokus semakin tipis.
2. f-stop/iris
Lebih besar bukaan iris (lebih kecil f-stop) =
bidang kedalaman semakin sempit / fokus semakin tipis. Misal f/16 bidang
kedalamannya lebih lebar dari f/2.0
3. Jarak kamera dengan objek
Semakin jauh jarak kamera dengan objek = semakin
luas bidang kedalaman Semakin dekat jarak kemera dengan objek = semakin sempit
bidang kedalaman.
6. Audio Levels
Jangan abaikan
audio level pada kamera karena selain kualitas gambar, kualitas audio juga
tidak kalah pentingnya. Ingat Televisi adalah gabungan antara gambar dan suara.
Ada gambar tanpa audio yang bagus akan sangat mengganggu pemirsa bahkan
informasi yang akan disampaikan tidak sampai kepada penonton. Atur audio level
jangan sampai under ataupun over (peak).
GERAKAN
DASAR KAMERA VIDEO
Ada beberapa macam
gerakan dasar kamera yaitu :
Pan
Tilt
Track
Crab
Elevate & Depress
ZOOMING
1. PANNING
PAN adalah gerakan kamera ke kiri atau ke kanan pada poros
horisontalnya. Gerakan ini juga sering disebut menoleh karena poros kamera
tidak berubah seperti pada leher. Pada gerakan ini letak kamera tidak
berpindah tempat.
Ada dua macam
gerakan Pan yaitu :
a. Pan Left adalah
gerakan menoleh ke kiri
b. Pan Right adalah
gerakan menoleh ke kanan
2. TILTING
TILT adalah gerakan kamera keatas atau kebawah pada poros vertikalnya.
Atau kata lain dari gerakan tilting ini adalah gerakan mendongak atau menunduk.
Pada gerakan ini letak kamera tidak berpindah tempat.
Ada dua macam
gerakan Tilt yaitu :
a. Tilt Up adalah
gerakan mendongak
b. Tilt Down adalah
gerakan menunduk
3. TRACKING
TRACK adalah gerakan kamera maju mendekati subyek atau mundur menjauhi
subyek. Jadi pada gerakan ini Letak kamera berubah namun posisi hadapnya
tetap.
Ada dua macam
gerakan Track yaitu :
a. Track In adalah gerakan mendekat
b. Track Out adalah gerakan menjauh
4. CRABING
CRAB adalah gerakan kamera bergerak menyamping baik ke samping kiri
atau ke samping kanan subyek. Gerakan ini persis cara berjalan kepiting (crab).
Jadi pada gerakan ini Letak kamera berubah namun posisi hadapnya tetap.
Ada dua macam gerakan Crab yaitu :
a. Crab Left adalah gerakan ke samping kiri
b. Crab Right adalah gerakan ke samping kanan
5. ELEVATE &
DEPRESS
Elevate & Depress adalah gerakan kamera naik-turun. Gerakan ini
disebut juga Crane Up & Crane Down, bila menggunakan crane. Jadi pada
gerakan ini Letak kamera berubah namun posisi hadapnya tetap.
a. Elevate adalah gerakan naik
b. Depress adalah gerakan turun
6. ZOOMING
Zoom sebenarnya bukanlah gerakan kamera yang sesungguhnya, melainkan
perubahan in-vision sudut pandang kamera. Jadi pada zoom sebenarnya tidak ada
pergerakan kamera sama sekali melainkan perbesaran yang dihasilkan baik lewat
optik maupun digital. Efek psikologis yang dihasilkan antara zoom dengan track
sangat berbeda.
Ada dua macam gerakan zoom yaitu :
a. Zoom in adalah perbesaran
b. Zoom out adalah pengecilan
Gerakan gerakan dasar tersebut bisa dkombinasikan sehingga menjadi
gerakan kamera yang dinamis misalnya kita menginginkan pergerakan Elevate
bersamaan dengan tilt down sambil crab left dan juga pan right dengan zoom out.
Jadi, dengan istilah tersebut kita bisa memberikan intruksi yang jelas untuk
setiap gerakan kamera.
JENIS-JENIS
SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR
Sudut
pengambilan gambar atau camera angle adalah sudut penempatan kamera mengambil
gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. Dengan sudut tertentu kita bisa
mengahsilkan suatu shot yang menarik, dengan perspektif yang unik dan
menciptakan kesan tertentu pada gambar yang disajikan
1. Normal Angle
Pada posisi normal angle,kemera ditempatkan
kira-kira setinggi mata subyek. Tentu saja normal angle sangat tergantung pada
tingi subyek yang dishooting. Bila kita merekam kelompok anak-anak kecil yang
sedang bermain, normal angle untuk orang dewasa tentu saja terlalu tinggi, maka
kamera harus diturunkan setinggi mata anak. Pada program wawancara, bilamana
semua pemain pada posisi duduk di kursi, kita bisa pasang level untuk menaikkan
setting/kursi, dengan demikian juru kamera bisa mengambil gambar/ menshoot
adegan tanpa harus membungkukkan badan selama produksi berlangsung.
2. Hight
Camera Angle
Posisi
kamera lebih tinggi di atas mata, sehingga kamera harus menunduk untuk
mengambil subyeknya. Hight Camera Angle sangat berguna untuk mempertunjukkan
keseluruhan set beserta obyek0obyeknya.
Dengan posisi high
camera angle ini dapat menciptakan kesan obyek nampak kecil, rendah, hina,
perasaan kesepian, kurang gairah, kehilangan dominasi.
3. Low
Camera Angle
Posisi kamera di bawah ketinggian mata,
sehingga kamera harus mendongak untuk merekam agambar subyek. Posisi ini
memberikan kesan cenderung menambah ukuran tinggi obyek, memberikan kesan kuat,
dominan dan dinamis.
4. Bird Eye
View (mata elang)
Kamera mengambil subyeknya dari atas. Seperti
burung elang yang mencari mangsa .
5.
Subjective Camera Angle
Kamera diletakkan di tempat seorang karakter
(tokoh) yang tidak nampak dalam layer dan mempertunjukkan pada penonton suatu
pandangan dari sudut pandang karakter tersebut.
6.
Objective Camera Angle
Kamera merekam
peristiwa atau adegan seperti apa adanya.
JENIS-JENIS
SHOT
1. Extreme
Long Shot.
Merupakan shot yang digunakan untuk menunjukan
lokasi kejadian namun tanpa memperlihatkan subjek dengan jelas. biasanya dalam
pengambilan ini mengutamakan keadaan alam sekitar.
2. Long
Shot.
Hampir sama dengan extram long shoot, tapi
objek yang diperlihatkan agak jelas dan juga menunjukkan hubungan atara subject
dengan lingkungan sekitarnya.
3. Full
Shot.
Tipe shot yang bertujuan untuk memperkenalkan
subjek dan apa yang sedang dilakukannya dan lingkungannya.
4. Knee Shot.
Tipe shot pengambilan gambar yang agak nanggung
ini digunakan untuk menunjukkan apa yang sedang dilakukan subjek dari bagian
lutut ke-atas.
5. Medium
atau Waist shot.
Untuk menunjukan apa yang sedang dilakukan
subjek dri pinggang keatas, namun dengan lebih menunjukan expresi subjek,
biasanya digunakan untuk interview.
6. Medium
Close up (MCU).
pada shoot ini, subjek lebih ditunjukkan
emosinya, namun dengan tetap menunjukan gerak geriknya.
7. Close Up.
Pengambilan gambar ini diambil dari bagian
bawah dagu, ke-atas, ini digunakan untuk menekankan ekspresi subjek namun tetap
memberikan ruang diatas ruang kepala (Head room).
8. Big close up (BCU).
Pada pengambilan ini, expresi subjek lebih
benar benar di ekspos dalam hal ini, headroom bisa diabaikan, asalkan bagian
dagunya tidak terpotong.
9. Extreme
close up.
Pada pengambilan ini digunakan untuk
mendramatisir ekspresi subjek hanya pada bagian yang sangat spesifik
seperti pada mulut saja atau pada bagian mata saja.
10. Over the shoulder
Biasanya digunakan pada saat kedua subjek
berdialog dengan catatan point view diambil dibelakang bahu lawan bicara,
dan juga menampilkan pembicara dalam bentuk seolah-olah blur (bokeh).
ISTILAH-ISTILAH
SEPUTAR VIDEO PRODUCTION
1. Acting :
Adegan/lakon yang
diperankan oleh pemeran (aktor/aktris/talent) mengikuti skenario yang telah
ditetapkan. Akting meliputi bahasa tubuh, ekspresi wajah dan dialog.
2. Agent (Agent
Model) :
Seseorang yang
bekerja mewakili kepentingan aktor/aktris dalam berhubungan dengan produser
serta orang-orang lain dalam dunia produksi film. Agent ini amat berperan dalam
mencarikan job serta membangun karir para artis.
3. Art Director
(Penata Artistik) :
Pengarah artistik
dari sebuah produksi, bertanggung jawab dalam penyediaan set lokasi shooting
serta properti penunjang, sesuai tuntutan cerita dalam skenario.
4. Audio Mixing :
Proses pengaturan
suara dari berbagai macam jenis input, menghasilkan unsur sound yang diperlukan
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan cerita.
5. Angle :
Sudut pengambilan
gambar, amat berpengaruh dalam penciptaan komunikasi yang diharapkan dari
sebuah gambar sebagai bahasa visual.
a. Low Angle yaitu pengambilan gambar dari bawah obyek, lazim
digunakan untuk menampilkan keagungan/kewibawaan obyek.
b. High angle ialah pengambilan gambar dari ketinggian, lazim
digunakan untuk menampilkan ketidakberdayaan obyek.
Angle juga berkaitan dengan pergerakan kamera, seperti : Pan, Tilt,
Track/Dolly, Zoom In dan Zoom Out.
6. Animator :
Pembuat animasi.
Klip animasi biasanya dikerjakan secara khusus oleh seorang animator, lalu
diserahkan kepada editor video untuk digabung dengan bagian gambar lainnya.
7. Audio Effect :
Efek suara.
Sejumlah adegan memerlukan efek suara agar meningkatkan kesan visual. Misalnya
pada adegan baku hantam dimana tidak terjadi perkelahian sesungguhnya, efek
suara dibuat dan ditambahkan pada proses editing video untuk memperkuat kesan
telah terjadinya perkelahian sesungguhnya.
8. Ambience :
Suara natural dari
obyek gambar.
9. Audio Visual :
Sebutan bagi
perangkat yang menggunakkan unsur suara dan gambar.
10. Asisten Produser :
Seseorang yang
membantu produser dalam menjalankan tugasnya.
11. Background :
Gambar latar
belakang.
12. Boom :
Mikrofon besar yang
dipasang pada tiang portabel yang dipasang pada tempat terdekat yang mungkin,
di sekitar pelaku adegan, agar dapat secara optimal menangkap dialog pemeran.
Orang yang mengoperasikan boom ini disebut dengan Boom Man.
13. Breakaway :
Properti sekali
pakai, misalnya gelas atau kertas, yang akan menjadi rusak dalam sekali pakai
sesuai tuntutan cerita.
14. Breakdown :
Arti aslinya ialah
perincian. Dapat merujuk ke rincian bujet produksi maupun aktualisasi
pengeluaran biaya, atau dapat pula berarti rincian perencanaan adegan shooting.
15. Budget :
Anggaran
pengeluaran keseluruhan dari produksi film. Bujet yang biasanya ditentukan
sejak awal oleh produser ini akan amat menentukan bagaimana suatu rencana
produksi video akan dieksekusi, menyangkut sewa alat, sumberdaya manusia,
properti, dan sebagainya.
16. Blocking :
Area yang masuk
dalam cakupan tangkapan kamera video. Para pemeran serta properti harus masuk
dalam area blocking ini, dan sebaliknya area ini harus steril dari properti
atau kru produksi.
17. Back Light :
Sumber cahaya utama
yang berada di belakang obyek shooting dan menghadap ke kamera. Pada kebanyakan
kasus, backlight ini merupakan kesalahan mendasar yang sering dilakukan oleh
kameramen amatir sehingga obyek menjadi tak jelas (gelap). Pada kasus khusus,
teknik ini digunakan misalnya untuk dengan sengaja menyamarkan identitas obyek.
18. Bumper :
Klip gambar
biasanya berupa animasi yang berperan sebagai pembuka suatu acara televisi.
Bumper in digunakan sebagai tanda suatu acara akan dimulai lagi setelah jeda
iklan, sedangkan bumper out ialah penanda bahwa acara akan berhenti sejenak
untuk jeda iklan.
19. Broadcasting :
Proses pengiriman
sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio,
televisi, komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya.
20. Broadcaster :
Sebutan bagi
seseorang yang bekerja dalam industri penyiaran.
21. Bridging scene :
Adegan perantara
diantara adegan – adegan lainnya.
22. Rundown :
Penentuan gambar
yang sesuai dengan naskah atau urutan acara.
23. Camera Department :
Bagian yang
bertanggung jawab untuk menyediakan dan merawat semua peralatan kamera yang
dibutuhkan untuk memproduksi film, serta proses-proses yang menyertainya.
24. Cameraman :
Orang yang bertugas
mengoperasikan kamera film/video. Pada suatu produksi besar, cameraman ini terbagi
menjadi sejumlah peran khusus yaitu Penata Fotografi (yang bertugas mengatur
penempatan dan pergerakan kamera serta pencahayaan), Operator kamera yang
langsung mengoperasikan kamera, serta sejumlah asisten untuk mengurus hal-hal
lain seperti mengatur fokus kamera, dan sebagainya.
25. Camera Tracks :
Lintasan kamera,
suatu alas datar berupa metal atau lembaran kayu tipis yang diletakkan di
permukaan lantai sebagai tempat pergerakan kamera (yang dipasang pada sebuah
alat beroda tertentu, disebut dolly). Lintasan ini berguna agar dihasilkan
gerakan kamera yang lembut. Camera track dapat pula berbentuk lintasan rel
panjang, sementara kamera terpasang pada suatu kamera dolly.
26. Casting :
Proses pencarian
orang yang tepat untuk memerankan tokoh tertentu dalam cerita. Casting ini
dipimpin oleh seorang juru casting atau casting director yang amat memahami
karakter yang dibutuhkan oleh cerita. Rencana casting ini telah diumumkan
sebelumnya kepada publik atau agent sehingga para artis/aktor dapat mempelajari
skenario lalu mempersiapkan adegan yang akan ditampilkan sebagai unjuk
kebolehan.
27. Clapper Boards :
Sepasang papan
berengsel yang diketukkan sebagai tanda dimulainya shooting. Papan ini berisi
sejumlah informasi antara lain titel produksi, nomor adegan (scene), produser,
dan tanggal shooting adegan. Informasi pada papan ini dicatat oleh pencatat
adegan yang kemudian akan memberi catatan tambahan tentang keberhasilan adegan
yang di-shooting. Informasi ini juga terrekam oleh kamera video, yang kelak
akan memudahkan proses editing video untuk memilih potongan gambar mana yang
akan dipakai dan dirangkai dengan gambar lainnya.
28. Commercial :
Iklan. Video
singkat yang umumnya berdurasi 60, 30, atau 15 detik yang dibuat khusus untuk
mempromosikan suatu produk.
29. Costume Designer :
Orang yang
merancang pakaian/kostum yang akan dipakai oleh para pemeran film.
30. Cue :
Tanda bagi
aktor/aktris dalam film untuk memunculkan bagiannya dalam dialog atau tindakan.
Isyarat ini dapat berupa tindakan aktor/aktris lainnya, bagian akhir dari
sebuah dialog, tanda dari sutradara atau isyarat cahaya.
31. Cue Light :
Bola lampu kecil
yang dapat dinyalakan atau dimatikan oleh sutradara atau asisten sutradara untuk
memberi isyarat kepada para pemeran. Lampu ini diletakkan diluar jangkauan
pandang kamera tetapi dalam jangkauan pandang pemeran.
32. Cut and Hold :
Perintah dari
sutadara agar adegan diberhentikan namun para pemeran tetap berada dalam
posisinya. Pada kasus ini, sutradara mungkin ingin memeriksa pencahayaan,
posisi, atau adegan lain yang berkaitan.
33. Cut to Cut :
Peralihan gambar
dari adegan satu ke adegan lainnya secara langsung tanpa pemakaian transisi.
34. Credit Title :
Penampilan
nama-nama kru produksi serta para pendukung acara.
35. Chroma Key :
Sebuah teknik efek
visual dimana adegan shooting dilakukan dengan latar belakang layar berwarna
tertentu (biasanya hijau atau biru). Pada proses editing, warna layar yang
digunakan ini menjadi key untuk dihilangkan (dijadikan transparan) untuk diisi
dengan gambar background yang telah disiapkan untuk tujuan itu.
36. Cutting on Beat :
Teknik pemotongan
dan penyusunan gambar pada saat editing video berdasarkan tempo sound yang
digunakan. Teknik ini amat terasa efeknya misalnya pada videoklip musik yang
bertempo cepat.
37. Clip Hanger :
Sebutan bagi adegan
atau gambar yang akan mengundang rasa ingin tahu penonton tentang kelanjutan
acara, namun harus ditunda karena harus tampilnya jeda iklan komersial.
38. Cut :
Pemotongan gambar
39. Crane :
Alat khusus yang
dilengkapi dengan tiang, tuas dan katrol untuk tempat menggantung kamera
sehingga kamera dapat digerakkan secara fleksibel dinamis termasuk perputaran
penuh 360 derajat, menghasilkan angle yang unik, dinamis dan kadang dramatis.
Alat ini dapat digerakkan oleh secara manual oleh operator melalui sebuah tuas,
ada pula yang dilengkapi dengan remote control. Jimmy Jib ialah sebuah merk
dagang yang terkenal alat crane semacam ini.
40. Clip On :
Mikrofon khusus
berukuran kecil yang dapat diselipkan pada obyek sehingga tidak terlihat oleh
pemirsa.
41. Credit Title :
Urutan nama tim
produksi dan pendukung acara.
42. Teaser :
Sebutan bagi adegan
atau gambar yang akan mengundang rasa ingin tahu penonton tentang kelanjutan
acara, namun harus ditunda karena ada jeda iklan komersial.
43. Cutting :
Proses pemotongan
gambar.
44. Camera Blocking :
Penempatan posisi
kamera yang sesuai dengan kebutuhan gambar.
45. Crazy Shot :
Gambar yang direkam
melalui kamera yang tidak beraturan.
46. Compotition :
Komposisi.
47. Continuity :
Kesinambungan.
48. Cross Blocking :
Penempatan posisi
objek secara silang sesuai dengan kebutuhan gambar.
49. Depth of Focus :
Area tempat
berbagai benda yang diletakkan dengan berbagai ukuran jarak di depan lensa akan
tetap memperoleh fokus yang tajam.
50. Director :
Orang yang
mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab untuk
merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.
51. Documentary :
Film yang
menyajikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. Juga sebuah
gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan cara
penggunaan kamera, sound, dan lokasi.
52. Dolly :
Kendaraan/alat
beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama pengambilan gambar.
Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu orang yang disebut Dolly
Grip.
53. Dubbing :
Perekaman suara
manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya mungkin atau mungkin tidak
berasal dari aktor/aktris yang sesungguhnya serta bisa juga bahasa yang
digunakan ketika film tersebut dibuat. Aktor/aktris menggunakan gambar dan
soundtrack playback sebagai panduan untuk mensinkronkan gerakan bibir dalam
gambar dengan perekaman suara terbaru. Umumnya digunakan untuk memperbaiki
perekaman asli yang buruk., performa artistik yang tidak dapat diterima atau
kemungkinan kesalahan dalam dialognya. Juga digunakan untuk perekaman lagu dan
versi bahasa lain setelah proses pemfilman.
54. Depth of Field :
Area dimana seluruh
obyek yang duterima oleh lensa dan kamera muncul dengan fokus yang tepat.
Biasanya hal ini dipengaruhi oleh jarak antara obyek dan kamera, focal length
dari lensa dan f-stop.
55. Desain Compugrafis :
Rancangan grafis
yang digambar melalui tekhnologi komputer.
56. Durasi :
Waktu yang
diberikan atau dijalankan.
57. Dissolve :
Tekhnik penumpukan
gambar pada editing maupun syuting multi kamera.
58. Dialogue :
Percakapan yang
muncul dalam adegan.
59. Dramatic Emotion :
Emosi gambar secara
dramatis.
60. Editing Departement :
Divisi dimana semua
potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga membentuk urutan yang
koheren, dengan bantuan kru lain termasuk sutradara atau produser.
61. Electric Departement :
Bertanggung jawab
terhadap penjagaan dan penyediaan segala peralatan listrik selama proses
produksi film, misalnya: lampu, kabel, mesin diesel. Electrician ialah anggota
staf departemen ini.
62. Ext. :
Eksterior. Bagian
manapun dari film yang direkam di luar ruangan; jalanan kota, stadium, gurun,
hutan, atau puncak gunung, beberapa lokasi dapat dibuat ulang di sounstage
studio namun tetap dinamakan eksterior dalam naskah.
63. Extreme Close Up :
Pengambilan gambar
dari jarak amat dekat
64. Ending Title :
Urutan nama yang
dicantumkan pada akhir movie.
65. Establish Shot :
Gambar pengenalan
yang natural dan wajar.
66. Fade Out, Fade In :
Jenis transisi dari
gambar kosong (blank) ke kemunculan gambar tertentu (fade in) atau dari gambar
tertentu ke blank (fade out). Sering digunakan untuk menekankan berlalunya
waktu atau akhir dari adegan atau cerita.
67. Fast Motion :
Melakukan pemfilman
dengan kecepatan dibawah standar kemudian memproyeksikan dengan kecepatan
standar untuk membuat tindakan terlihat lebih cepat dari normal. Efek ini
sering digunakan untuk mempercepat tempo, menyesuaikan diri dengan sound yang
dipakai.
68. Fifty-fifty :
Sudut pengambilan
gambar ketika dua orang pemeran saling berhadapan sehingga berbagi lensa dengan
adil. Juga disebut sebagai a two shot atau a two.
69. Fill Light :
Merupakan bagian
dari teknis pencahayaan dasar “Three Point Lighting”, digunakan untuk
meniadakan bayangan yang timbul akibat adanya key light.
70. First Run :
Pertama kali sebuah
film dilepas ke bioskop untuk ditonton. Saat ini lebih dikenal dengan Gala
Premiere.
71. Flare :
Efek visual yang
timbul ketika suatu obyek memantulkan cahaya yang tidak diinginkan secara
langsung kepada lensa kamera. Meski seringkali efek ini tidak diinginkan, namun
pada sejumlah software editing video justru terdapat fitur untuk memunculkan
simulasi flare ini untuk meningkatkan realitas visual.
72. Flashback :
Secara harfiah
berarti kilas balik. Yaitu alur cerita yang mundur ke belakang mengisahkan
kejadian lampau yang dapat menjelaskan latar belakang penyebab kondisi yang ada
sekarang.
73. Focus :
Gambar secara
detail dan tajam, dengan warna yang mendekati aslinya, yang diperoleh dengan
setting lensa kamera agar memiliki nilai jarak fokus yang benar. Pada sejumlah
kamera handycam, fokus ini bersifat otomatis hasil deteksi kamera. Sedangkan
pada kamera yang memiliki setting manual fokus, gambar yang fokus diperoleh
jika kameramen pandai mengatur setting fokus ini yang juga memerlukan kejelian
mata. Atau kadang digunakan pengukuran jarak agar dapat melakukan setting fokus
secara lebih akurat.
74. Fog Maker :
Menggunakan cairan
khusus sehingga fog maker dapat memunculkan efek kabut, asap, efek kabur
(blur), dan kelembaban. Dengan menggunakan cairan jenis lain maka dapat
digunakan untuk menghilangkan kabur yang tidak diinginkan. Alat ini dapat
berukuran kecil, mesin yang dapat digenggam atau mesin besar yang diletakkan di
kereta.
75. Follow Focus :
Perubahan fokus
kamera selama adegan untuk mempertahankan fokus pada pemeran yang bergerak
mendekati atau menjahui kamera.
76. Follow Shots :
Pengambilan gambar
dengan kamera bergerak memutar untuk mengikuti pergerakan pemeran dalam adegan.
77. Footage :
Gambar-gambar yang
telah tersedia dan dapat digunakan.
78. Frame per Second (fps) :
Jumlah frekuensi
penampilan frame gambar tiap detiknya. Video sebagai “gambar bergerak”
sebenarnya hanya merupakan kesan/ilusi penglihatan mata, sebab pada
kenyataannya video tersebut terdiri dari serangkaian gambar diam yang
ditampilkan berurutan dalam durasi waktu yang sangat singkat. Pada video format
PAL, satu detik video terdiri dari 25 gambar, disebut sebagai 25 fps (frame per
second), sedangkan format NTSC memiliki 30 gambar, disebut sebagai 30 fps.
79. Freelancer :
Orang yang tidak
terikat kontrak dengan produser atau perusahaan manapun.
80. Freeze :
Perintah bagi
pemeran untuk menghentikan aksi namun mempertahankan posisinya. Dalam film yang
aktor/aktris atau obyek lain muncul dengan tiba-tiba misalnya “pop in” pada
layar maka aktor/aktris dalam adegan akan diminta untuk diam. Orang atau obyek
kemudian ditempatkan di posisinya kemudian perintah untuk “action” diberikan
dan adegan dilanjutkan. Dalam pemotongan film di bagian tengah dari masuknya
aktor/aktris atau penempatan obyek akan dihilangkan.
81. Final Editing :
Proses pemotongan
gambar secara menyeluruh.
82. Floor Director :
Seseorang yang
bertanggung jawab membantu mengkomunikasikan keinginan sutradara, dari master
kontrol ke studio produksi.
83. Filter Camera :
Filter yang
digunakan untuk kamera.
84. Foreground :
Latar depan.
85. Gobo :
Layar kayu yang
dicat hitam. Digunakan untuk menghalangi cahaya dari sati atau lebih
pencahayaan lampu studio, suatu set peralatan yang digunakan untuk mecegah
jatuhnya cahaya yang tidak diinginkan ke lensa kamera atau area set. Biasanya
diletakkan pada sanggahan yang dapat disesuaikan. Gobo tersedia dalam berbagai
bentuk dan ukuran.
86. Headset :
Digunakan untuk
dapat mendengarkan suara sutradara.
87. Hairdresser :
Spesialis penata
rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan penata rambut
laki-laki maupun perempuan.
88. Hand Held :
Mengambil gambar
dengan kamera ringan seperti handycam, jenis yang dapat ditahan oleh operator
kamera dengan tangannya selagi mengambil gambar, berlawanan dengan
meletakkannya pada gear head atau tripod. Memberikan fleksibilitas yang lebih.
Teknik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod
89. Hot Set :
Suatu set yang
telah diisi barang dan dekor untuk syuting. Penggambaran ini biasanya
mengindikasikan bahwa set tersebut tidak boleh dimasuki atau digunakan.
90. Hot Spot :
Area dalam set yang
memiliki pencahayaan yang sangat terang.
91. Hunting Location :
Proses pencarian
dan penggunaan lokasi yang tepat dan terbaik untuk syuting.
92. Idiot Cards :
Kartu besar tempat
dialog dituliskan untuk aktor yang tidak dapat mengingat kalimatnya. Dapat juga
berarti sebuah bagian mesin elektronik yang mahal disebut Tele-Prompter, dimana
sebuah gulungan kertas ditempatkan di depan atau dekat dengan kamera dan
dituliskan dialognya dengan huruf yang besar sehingga mudah untuk dibaca. Bisa
juga disebut dengan Cue cards.
93. Independent :
Seseorang yang
membuat film tanpa dipekerjakan oleh sebuah studio besar.
94. Insert Shot :
Suatu obyek
biasanya yang dicetak seperti surat kabar atau sebuah jam, dan dimasukkan ke
dalam rangkaian untuk menjelaskan tindakan.
95. Int. :
Interior. Bagian
dari film yang diambil didalam ruangan. Interior dapat berupa set yang dibentuk
di studio atau diluar studio. Lebih dikenal sekarang ini sebagai location
interiors.
96. Iris :
bagian yang terbuka
dari sebuah lensa atau bagian belakang yang mengatur masuknya cahaya kdalam
film. ukuran Iris dapat dikontrol oleh operator kamera.
97. Jell :
Gelatin atau materi
plastik berwarna yang digunakan di depan sebuah lampu untuk mengubah warna
cahaya dari lampu tersebut. Bisa juga disebut dengan Gel.
98. Jumping Shot :
Proses pengambilan
gambar secara tidak berurutan
99. Jimmy Jib :
Merek dagang, lihat
Crane.
100. Juncta Position :
Kondisi dimana
latar belakang menjadi satu dengan obyek dan sangat mengganggu.
101. Jimmy Jib :
Katrol kamera
otomatis yang digerakkan dengan remote.
102. Job Description :
Deskripsi tentang
jenis pekerjaan.
103. Jeda Komersial :
Saat penayangan
iklan komersial diantara acara televisi.
104. Job Title :
Penamaan jabatan
pada pekerjaan.
105. Key Light :
Cahaya utama yang
digunakan untuk menerangi obyek shooting.
106. Kreator :
Sebutan bagi
seseorang yang menciptakan karya kreatif.
107. Light Meter :
Instrumen kecil dan
dapat dipegang dengan tangan yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.
108. Lining Up :
Membatasi adegan.
Operator kamera atau sutradara mengatur penempatan kamera sehingga mencakup
ruang pengelihatan yang diinginkan. Dapat juga berarti framing.
109. Limbo :
Melakukan
pengambilan gambar pada area atau set yang tidak dapat dijelaskan sebagai suatu
lokasi khusus. Dapat digunakan untuk adegan close-up, insert, dan lain
sebagainya.
110. Lip-Sync :
Sesi perekaman saat
seorang aktor/aktris menyesuaikan suaranya dengan gerakan bibir dari gambar.
111. Long Shot :
Gambar direkam dari
jarak jauh. Biasanya digunakan dengan cara pengambilan gambar dari sudut
panjang dan lebar.
112. Lighting :
Penataan cahaya.
113. Lighting Effect :
Efek dari penataan
cahaya.
114. Lensa Wide :
Digunakan untuk
memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari kamera.
115. Lensa Super Wide :
Digunakan untuk
sangat memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari kamera.
116. Make-Up Departement :
Bagian yang
bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan kebutuhan
skenario pada saat syuting.
117. Match :
Menghasilkan ulang
suatu tindakan yang dilakukan dalam adegan lain sehingga keduanya dapat
dipotong sehingga menghasilkan posisi yg dapat disesuaikan.
118. Matching Directions :
Penyesuaian adegan
dalam film seperi masuk dari kiri ke kanan sehingga orang atau alat
transportasi dalam film tidak memiliki arah yang terbalik ketika pengambilan
gambar lain dimasukkan.
119. Measuring Tape :
Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur jarak dari lensa ke subyek dengan tujuan untuk
menentukan fokus secara tepat.
120. Microphone Shadow :
Munculnya bayangan
dari mikrofon pada bagian set yang masuk pada area pandang kamera. Bila muncul
pada gambar maka it’s a no-no (gambar tidak terpakai)
121. Mock-Up :
Tiruan suatu benda
yang dibuat seperti asli tapi hanya berupa bagian tertentu saja menurut
kebutuhan.
122. M.O.S. :
Porsi gambar dari
sebuah adegan yang diambil tanpa merekam suaranya. Inisial ini awalnya muncul
dari sutradara Eropa yang tidak dapat mengucapkan WS dan mengatakan Mit Out
Sound.
123. Moving Shot :
Teknik pengambilan
gambar dari obyek yang bergerak.
124 Music Departement :
Bertanggungjawab
dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan digunakan dalam film.
125. Master Control :
Perangkat teknis
utama penyiaran untuk mengontrol proses distribusi audio dan video dari
berbagai input pada suatu produksi acara.
126. Medium Shot :
Gambar diambil dari
jarak sedang.
127. Main Object :
Target pada objek
utama.
128. Monitor :
Digunakan untuk
memantau gambar.
129. Master Video :
Video utama
berisikan rekaman acara televisi yang siap untuk ditayangkan maupun disimpan.
130. Multi Camera :
Sistem dari tata
produksi audio visual yang syuting secara bersamaan dengan menggunakan sejumlah
kamera.
131. Master Shot :
Gambar pilihan
utama dari sebuah adegan yang kemudian dijadikan referensi atau rujukan saat
melakukan editing.
132. N.G. :
No Good (tidak
bagus). Istilah ini dipakai sebagai catatan atau komentar terhadap pengambilan
gambar yang tidak bagus pada laporan kamera dan suara, misalnya N.G. Sound,
N.G. Action
133. NTSC (National Television Standards
Committee)
Sistem reproduksi
sinyal televisi yang lazim digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lain.
Sistem NTSC terdiri dari 525 garis scanning dengan frekuensi penciptaan gambar
30 fps (frame per secod).
134. Noise :
Gangguan pada
sirkulasi signal audio maupun video yang mengganggu program acara.
135. News Director :
Direktur
pemberitaan yang bertanggung jawab atas seluruh isi pemberitaan yang disiarkan
secara aktual berdasarkan fakta.
136. O.S. :
Off Screen (tidak
tampak pada layar)
137. Opening Scene :
Adegan yang
dirancang khusus untuk membuka acara atau cerita. Adegan ini harus dikemas
secara kreatif untuk mengundang kepenasaran penonton agar melihat keseluruhan
tayangan.
138. Off Line :
Proses editing awal
untuk memilih gambar terbaik dengan time code dari berbagai stock shot sesuai
dengan kebutuhan adegan. Hasil dari gambar tersebut ditransformasikan dalam
bentuk workprint dengan EDL (edit decision List).
139. On Line :
Proses akhir
editing untuk menyempurnakan, mempercantik dan memperindah gambar setelah
melalui proses off line.
140. Opening Shot :
Komposisi sudut
pengambilan gambar pada awal adegan atau acara yang dirancang khusus untuk
menarik perhatian penonton.
141. OB Van :
Outside
Broadcasting Van, mobil khusus yang membawa perangkat tekhnis penyiaran audio
dan video untuk memproduksi program diluar studio. Dapat juga digunakan untuk
master control bagi siaran langsung.
142. Over Exposed :
Kondisi dimana
pencahayaan terlalu terang.
143. PAL (Phase Alternation by Line) :
Sistem reproduksi
sinyal televisi yang lazim digunakan di Eropa dan negara-negara lain termasuk
Indonesia. Sistem PAL terdiri dari 625 garis scanning dengan frekuensi
penciptaan gambar 25 fps (frame per secod).
144. Plot :
Alur cerita dalam
sebuah naskah skenario.
145. P.O.V. :
Point of View,
yaitu sudut pandang penceritaan. Istilah yang kerap digunakan dalam skenario.
146. Producer :
Sebutan bagi orang
yang memproduksi film meski tak harus berarti membiayai produksi atau menanamkan
investasi dalam produksi tersebut. Tugas produser adalah memimpin seluruh tim
produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam
aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disepakati.
147. Production Unit :
Unit produksi yang
terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik dan semua
orang yang terlibat dalam suatu produksi.
148. Panning :
Pergerakan kamera
secara horisontal (ke kiri atau ke kanan) untuk memperluas liputan obyek.
149. Property :
Berbagai aksesori.
150. Program Directing :
Penyutradaraan
program televisi.
151. Programming :
Tekhnik penyusunan
program acara televisi yang ditayangkan secara berurutan.
152. Praproduksi :
Berbagai kegiatan
persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai.
153. Paskaproduksi : Proses
penyelesaian akhir dari produksi.Biasanya istilah ini digunakan pada proses
editing.
154. Rain Cluster :
Perangkat khusus
yang digunakan untuk menciptakan simulasi efek hujan. Sebagai alternatif ialah
pemakaian mobil pemadam kebakaran.
156. Reflector :
Alat yang berfungsi
untuk memantulkan cahaya, yang selain berfungsi untuk mengoptimalkan cahaya
yang ada (baik sinar matahari pada shooting outdoor atau cahaya lampu pada
shooting indoor), juga untuk memendarkan cahaya agar lebih soft. Bisa terbuat
dari bahan apa saja asal memiliki pantulan cahaya yang optimal (jadi harus
berwarna putih/terang), misalnya berupa lembaran alumunium foil yang
ditempelkan pada lembaran busa/stereoform yang tebal.
157. Remake :
Produksi suatu film
yang sebelumnya pernah diproduksi. Film remaking dibuat dengan penyesuaian
konteks cerita terhadap keadaan jaman terkini dimana peradaban dunia sedang
berubah dengan amat cepatnya. Misalnya, kisah cinta klasik Romeo dan Juliet
akan difilmkan dengan konteks keadaan terkini dimana komunikasi bisa dilakukan
dengan berbagai cara yang tidak terdapat pada jaman dulu.
158. Re-Run :
Memutar ulang suatu
film atau program acara televisi.
159. Resolution :
Kemampuan lensa
atau film untuk menangkap serta menunjukkan detail obyek.
160. Re-Take :
Pengulangan adegan
dalam shooting, bisa disebabkan oleh kegagalan akting, dialog, pencahayaan,
ketidaksiapan kru, dsb.
161. Reverse Angle :
Sudut pengambilan
gambar : arah angle yang sebaliknya dari angle gambar yang telah diambil.
162. Roll :
Perintah yang
biasanya diberikan ketika kru produksi telah siap di posnya masing-masing
sehingga adegan tertentu siap dilaksanakan.
163. Running Shot :
Pergerakan kamera
secara dinamis untuk menyesuaikan diri dengan gerakan pemeran di lokasi
shooting.
164. Rundown :
Alur cerita dari
program acara yang dibatasi oleh durasi, segmentasi, dan bahasa naskah.
165. Rating :
Perhitungan secara
statistikal untuk mengukur tingkat popularitas program acara televisi terhadap
penonton.
166. Run Through :
Latihan akhir bagi
seluruh pendukung acara televisi yang disesuaikan dengan urutan acara sesuai
dalam rundown.
167. Reportase :
Sebuah laporan
perjalanan atau liputan lapangan yang digunakan untuk mendukung data – data
aktual dan faktual.
168. Scouting :
Mencari lokasi
untuk produksi. Dapat juga berarti mencari calon pemeran yang berbakat (talent
scouting).
169. Screen Play :
Naskah yang sudah
lengkap dan siap menjadi panduan dilaksanakannya produksi film.
170. Screen Test :
Kesempatan ujicoba
bagi pemeran untuk memperlihatkan kemampuannya, sudah lengkap dengan penggunaan
kostum, make up dan set properti.
171. Script Clerk :
Petugas yang
bertanggungjawab mencatat sejumlah hal dari pengambilan gambar seperti durasi,
akting, properti, pencahayaan dan keberhasilan adegan. Catatan ini kelak akan
digunakan oleh editor saat editing video untuk menentukan mana potongan gambar
yang akan diambil dan dirangkai dengan gambar lain, dan mana potongan gambar
yang harus dibuang.
172. Sequence :
Rangkaian adegan.
173. Soft Focus :
Pengambilan gambar
dengan lensa yang di-set agak out of focus sehingga subyek tampak agak blur.
174. Soft Light :
Pencahayaan lembut
yang memungkinkan tiadanya bayangan dan berpendarnya cahaya secara merata dan
menyeluruh.
175. Still man, Photographer :
Pengambil gambar
foto yang bertanggungjawab atas publikasi dan pembuatan foto di lokasi. Foto
ini dapat berfungsi sebagai dokumentasi behind the scene, dokumentasi proyek,
maupun keperluan promosi.
176. Story Board :
Gambar ilustrasi
adegan. Merupakan salahsatu bentuk upaya sutradara menerjemahkan bahasa tulisan
skenario ke dalam bahasa gambar dan untuk memudahkan kegiatan shooting itu
sendiri dengan dijelaskannya posisi, adegan, dialog, serta pekerjaan-pekerjaan
lainnya. Gambar ilustrasi ini dirancang oleh sutradara bekerjasama dengan kru
lain (misalnya penata fotografi), dan dilakukan oleh seorang juru gambar yang
disebut storyboard artist. Sketsa yang menggambarkan adegan dalam film.
Digunakan untuk mempemudah pengambilan gambar.
177. Sunshade (Lens Shade) :
Kotak persegi
panjang yang dipasangkan di bagian depan lensa kamera untuk membatasi masuknya
cahaya secara langsung ke dalam lensa.
178. Superimposure :
Penempatan sebuah
layer video/grafis diatas layer lainnya, misalnya layer title atau subtitle
(terjemahan bahasa) yang diletakkan di atas gambar film.
179. Swish Pan :
Jenis panning
(pergerakan kamera horisontal ke kiri atau ke kanan) yang cepat yang
memunculkan kesan gerakan mata yang menoleh ke samping dengan cepat.
180. Simply Shot :
Gambar yang diambil
dari sudut mudah, biasanya untuk adegan pengisi yang kurang penting.
181. Script Format :
Format penulisan
naskah skenario. Format ini bisa fleksibel tergantung tingkat kerumitan
produksi video itu sendiri.
182. Script Marking :
Pemberian tanda
pada naskah skenario untuk menjadi catatan bagi para kru produksi yang
terlibat.
183. Stock Shot :
Persediaan gambar
hasil shooting yang dapat dipilih pada saat proses editing.
184. Suspense :
Adegan drama yang
menegangkan. Juga merupakan salahsatu genre (jenis) dari film.
185. Steady Shot :
Gambar sempurna dan
tidak terlalu banyak bergerak dan dapat dinikmati dengan posisi diam.
186. Slow Motion :
Pergerakan gambar
yang diperlambat, suatu proses yang dikerjakan saat editing video. Pada produk
home video seperti wedding video, teknik ini kerap digunakan untuk pada
gambar-gambar yang berisi momen bahagia dengan iringan lagu cinta yang bertempo
lambat. Slow motion juga kerap digunakan secara “terpaksa” yaitu jika pada
proses editing video ternyata ditemukan gambar yang rusak sedemikian rupa
padahal informasi yang tertangkap oleh audio-nya penting, sehingga klip video
dibuat slow motion untuk menyesuaikan diri dengan durasi audio-nya.
187. Switcher :
Istilah populer
bagi perangkat tekhnis untuk memindah-mindahkan pemilihan gambar dari berbagai
stock shot maupun input kamera. Alat ini digunakan untuk syuting multi kamera.
188. Switcherman :
Seseorang yang
bertugas melaksanakan proses pemindahan gambar sesuai dengan komando sutradara.
189. Streaming :
Proses pengiriman
gambar via internet.
190. Studio :
Lokasi khusus
tempat pelaksanaan kerja produksi berlangsung. Dapat untuk melaksanakan syuting
(shooting studio) maupun untuk editing (post production studio).
191. Sound Mixer :
Mixer pengendali
dari berbagai input suara yang dipilah melalui sejumlah jalur (track).
192. Shot :
Ambil Gambar.
193. Simply Shot :
Gambar yang diambil
dari sudut yang mudah.
194. Stand By :
Komando akhir yang
menunjukkan bahwa seluruh komponen produksi telah siap untuk melaksanakan
syuting.
195. Sound :
Penataan suara.
196. Sound Effect :
Efek suara yang
diciptakan atau digunakan untuk mendukung suasana dari adegan.
197. Tag Line :
Semboyan atau motto
suatu film yang dapat merangsang imajinasi calon pemirsa tentang apa yang akan
disuguhkan dalam film tersebut.
198. Take :
Istilah yang
digunakan untuk dan pada saat pengambilan gambar berlangsung. Dapat juga
digunakan sebagai
catatan pada naskah.
199. Teaser :
Cuplikan
adegan-adegan menarik yang mewakili keseluruhan cerita, digunakan di televisi
untuk menarik perhatian pemirsa.
200. Technical Director :
Pengarah / Direktur
tehnik.
201. Teleprompter :
Piranti didepan
kamera yang membantu presenter membaca naskah.
202. Theme Song :
Lagu khusus yang
diciptakan atau dipakai sebagai pendukungikatan emosi dari program acara kepada
penonton.
203. Tilt :
Pergerakan kamera
naik turun (vertikal)
204. Tone Track :
Sound asli yang
diperoleh dari lokasi shooting tertentu yang seringkali tidak disadari namun
dapat meningkatkan realitas hasil shooting. Misalnya pada wedding video, suara
hiruk pikuk (crowded) merupakan suara yang khas terjadi pada acara resepsi, dan
sebaiknya tidak dihilangkan seluruhnya pada proses editing video.
205. Top Lighting :
Teknik pencahayaan.
Sumber cahaya berada di atas subyek sehingga turun menyinari. Sebagai
kebalikannya ialah Down Lighting yang umumnya dipakai untuk kemunculan makhluk
misteri dalam suatu adegan horror.
207. Treatment :
Rencana sutradara
untuk menerjemahkan skenario dengan menyusun adegan, dialog dan prosedur kerja
kru produksi di lokasi shooting.
208. Triangle :
Alat penahan kaki
tripod agar tetap stabil meskipun diletakkan di permukaan yang licin.
209. Two/Three Shot :
Sudut pengambilan
gambar. Yaitu layar kamera berisi dua/tiga obyek yang sedang berperan.
210. Up Link :
Proses Pengiriman
gambar via satelit.
211. Under Exposed :
Kondisi dimana
pencahayaan kurang / lemah cenderung gelap.
212. Viewfinder :
Instrumen optik
yang yang memungkinkan operator kamera untuk mengikuti aksi para pemeran saat
kamera sedang diaktifkan.
213. Vision Mixer :
Sebutan lain untuk
istilah populer “switcher”.
214. VTR :
Video Tape
Recording. Alat pendukung produksi.
215. Very Long Shot (VLS) :
Jenis sudut
pengambilan gambar. Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh untuk maksud
khusus, misalnya menjelaskan keterkaitan obyek shooting dengan lingkungannya.
216. Voice Over :
Suara tambahan atau
alih suara yang dilakukan pada proses editing, untuk mendukung isi cerita.
217. Wardrobe Departement :
Bagian yang
bertanggungjawab atas pemilihan pakaian yang akan dipergunakan untuk shooting.
218. White Balance :
Prosedur untuk
men-setting lensa kamera agar dapat menangkap warna detil obyek secara akurat,
biasanya dengan menghadapkan kamera ke suatu obyek berwarna putih selama
beberapa saat.
219. Wind Machine :
Blower (kipas angin
besar) yang digunakan untuk menciptakan efek angin.
220. Wireless
Camera :
Kamera yang
menggunakan transmisi signal untuk mengirimkan hasil gambar tanpa menggunakan kabel.
221. Wrap :
Aba-aba untuk
seluruh kru produksi bahwa sesi shooting telah selesai.
13 Tips untuk melakukan Shooting Video untuk hasil
yang lebih baik
1 ) Kurangi Zoom .
Terlalu sering menggunakan zoom adalah masalah umum, dan dapat menyebabkan
video yang terlihat amatir, atau bahkan lebih buruk, bisa membuat orang pusing
menonton videonya. Jika Anda perlu untuk memperbesar dan memperkecil, lakukan
secara lambat dan mantap, jangan terlalu cepat. Anda mungkin perlu menghindari
penggunaan zoom digital – itu cukup banyak melakukan kesalahan, khususnya close
up menari. Optical zoom tidak akan membuat Anda dekat dengan subjek Anda, Anda
akan dihargai lebih tinggi kualitas video ketika Anda mendekati objek anda.
2 ) Tempatkan Frame Shooting Video dengan
baik. Jangan takut untuk menempatkan subjek
sedikit tidak center, jangan semua mau di tengah.Misalnya, ketika film
anak-anak di kolam renang, itu cenderung lebih visual dan menarik untuk
menshoot anak-anak berbicara, tertawa, atau menyelam sedikit ke pusat kiri atau
kanan.Framing subjek Anda ke salah satu sisi memungkinkan Anda menangkap lebih
dari lingkungan dan suasana dalam foto Anda.
3 ) Gunakan gambar hemat. Anda mungkin ingin men-shooting luas seluruh lokasi, tapi setelah
itu, mendapati sedikit lebih spesifik. Fokuslah pada hal-hal detail-detail dan
kecil, seperti lentera merah tergantung di jalan Kampung atau perahu matahari
di pantai tropis, dapat berbuat lebih banyak untuk menyampaikan atmosfer lebih
luas, gambar umum dari sebuah jalan sibuk atau bentangan panjang pantai.
4 ) Shoot dari beberapa titik pandang (angle) yang
berbeda. Merekam seluruh pertandingan Liga
dari bangku bisa menjadi sedikit membosankan untuk menonton nanti.Rekaman
diambil dari samping base pertama, bagian atas bangku-bangku, dan ruang
istirahat dapat mengakibatkan campuran jauh lebih menarik dari gambar, dan
dapat meningkatkan drama momen penting. Juga, gunakan sudut pemotretan yang
paling efektif : berlutut untuk mendapatkan level yang sama dengan subjek Anda,
bila sesuai, atau naikkan kamera di ketinggian untuk survei adegan.
Berada di level yang sama dengan subjek Anda, terutama
anak-anak, menciptakan efek yang jauh berbeda dari yang menjulang di atas
mereka saat perekaman.
5 ) Hindari backlighting. Hanya karena kita bisa melihat wajah orang-orang ketika mereka
sedang backlit bukan berarti kamera bisa.Terlalu sering, shooting backlight
menghasilkan cahaya terang nyaman haloing utama sosok gelap dengan tidak ada
fitur terlihat sehingga Anda kehilangan ekspresi wajah besar orang yang
dicintai. Anda dapat meningkatkan situasi backlight dengan berpindah ke satu
sisi atau yang lain. Beberapa camcorder bahkan memiliki fitur yang memungkinkan
Anda mengurangi efek backlighting.
Hindari backlighting
Backlighting membuat perbedaan besar dalam penampilan dan nada rekaman Anda .
Hindari backlighting
6 ) Kecuali Anda berencana untuk mengedit, merekam
hanya saat-saat penting. Jika Anda akan
mengedit rekaman Anda, pergi ke depan dan merekam setiap detik pernikahan
sepupu Anda. Jika tidak, maka ingatlah bahwa cuplikan dari DJ menguji mike atau
pelayan masuk dan keluar dari dapur mungkin memiliki manfaat sejarah, tapi
menawarkan sedikit kenikmatan melihat.
7 ) Jika Anda memiliki TV layar lebar, gunakan
layar lebar (widescreen). Banyak kamera digital
saat ini menawarkan mode perekaman layar lebar 16:9 .Ini memungkinkan Anda
merekam rekaman yang cocok dengan TV layar lebar, tanpa peregangan atau
distorsi gambar.Anda mungkin ingin mengambil keuntungan dari pilihan ini jika
Anda memiliki HDTV di rumah.(Namun, jika Anda merekam rekaman untuk mengirim ke
kakek suka yang masih memiliki TV RCA di era 70-an, Anda mungkin ingin beralih
kembali ke bentuk layar standar 4:3).Pengambilan gambar video yang cocok dengan
TV layar lebar (widescreen) memungkinkan Anda untuk menangkap lebih dari
tindakan.
8 ) Jangan terlalu sering menggunakan efek khusus
langsung di kamera. Itu keren memang Anda bisa
“solarize” rekaman atau membuat “sepia”, atau mencoba sejumlah pengaturan
perekaman menyenangkan lainnya. Tapi menghindari fitur menyenangkan ketika Anda
syuting adegan penting. Setelah semua, jika Anda memutuskan kemudian bahwa
bagian dari video harus benar-benar telah dishoot hitam – putih, ada dapat
dengan mudah untuk menggunakan software editing film (kadang-kadang gratis
dengan komputer) untuk membuat efek tersebut. Rekam pernikahan dalam full warna
dan kemudian mengganti efek di kemudian hari. Dengan cara ini, Anda akan mampu
melestarikan rekaman asli Anda saat Anda melakukan percobaan dengan efek
artistik dan mengedit.
Saran umum untuk pemotretan. Dari sekarang mari kita lihat
beberapa tips umum yang dapat meningkatkan kualitas gambar dan membuat
menggunakan camcorder anda lebih nyaman.
Siapkan Media Perekaman berupa memori atau kaset
kosong
Jangan menunggu sampai Anda kehabisan ruang pada kartu
memori, tape, atau disk untuk membeli lebih banyak – pastikan Anda memiliki
satu atau dua cadangan di tangan untuk menghindari stres harus menemukan toko
yang menjual mereka nanti .
9 ) Bawa tripod.Hasil
video goyang atau shaky adalah salah satu penyebab terbesar ketika datang ke
film buruk rumahan.Meskipun banyak camcorder datang dengan berbagai teknologi
image stabilization, fitur dalam kamera hanya dapat melakukan begitu banyak
untuk memperbaiki genggaman. Menshoot dari permukaan yang datar atau lebih baik
lagi, menggunakan tripod, adalah cara yang baik untuk mengatasi masalah ini.
Dan Anda mungkin akan terkejut dengan bagaimana bisa ada tripod kecil yang
terjangkau dan portabel.
10 ) Siapkan banyak
kartu memori, kaset, atau cakram di tangan.
Kehabisan ruang rekaman di tengah-tengah syuting sungguh tidak menyenangkan,
sehingga Anda akan ingin memastikan bahwa Anda memiliki lebih banyak media yang
tersedia. Pastikan untuk mengambil cakram tambahan, kaset atau kartu memori,
bahkan jika camcorder juga dilengkapi dengan memori bawaan.Dan jika Anda
bepergian, jangan berharap dan mengandalkan membeli media ekstra di tempat
tujuan Anda.Kebanyakan tempat-tempat wisata menjual berbagai terbatas kartu
memori, kaset, dan cakram dengan harga mark-up yang melampaui batas.Bahkan anda
sangat mungkin tidak menemukannya.Kalau ada pun – MAHAL.Siapkan selalu media,
kaset atau memori kosong di rumah, ditas kamera.Suatu saat anda pergi mendadak,
anda sudah tidak perlu payah-payah mencarinya atau membelinya.
Jika Anda mulai kehabisan space, dan tidak memiliki media cadangan di tangan, Anda dapat beralih ke
LP (long-play ) mode. Ini bukan sesuatu yang akan sering anda lakukan, karena
menghemat ruang pada media dengan mengorbankan kualitas gambar. Tetapi jika
pertandingan sepak bola anak Anda masuk ke liburan, misalnya, Anda mungkin
ingin beralih ke mode LP sehingga Anda dapat merekam lebih dari saat-saat
akhir.
Backup hard drive
Ingin memiliki film produksi rumahan Anda beberapa tahun yang akan datang? Pastikan
untuk menyalin rekaman Anda ke hard drive (selain hardisk) yang terpisah untuk
cadangan.
11 ) Siapkan baterai cadangan. Daya baterai cadangan sama pentingnya dengan menjaga kaset atau
cakram tambahan di tangan. Beberapa baterai cadangan menawarkan waktu perekaman
lebih lama dari baterai yang disertakan dalam kemasan pabrik, jadi pastikan
untuk memeriksa pilihan Anda sebelum Anda membeli.
12. Carilah Job dengan Camera Video anda
Setelah anda menguasai teknik shooting dan editing yang
lumayan. Anda dapat juga menerima jasa atau order video shooting, Lumayan kan
untuk tambah-tambah uang saku anda. Atau sekedar sukarela menshoot gambar
teman anda.
13 ) Back up video Anda.Kaset dan cakram dapat menyimpan rekaman Anda selama bertahun-tahun,
tetapi jika sesuatu terjadi pada mereka, Anda beruntung – ada pergi langkah
pertama atau liburan yang luar biasa.Jadi harap ingat untuk backup/cadangan
video Anda – baik ke harddisk tambahan atau hard drive eksternal. Kami
merekomendasikan menggunakan harddisk komputer Anda untuk menyimpan semuanya
jangka panjang, karena video digital terkompresi memakan banyak ruang – sekitar
1 gigabyte untuk setiap 5 menit dari rekaman – dan karena hard drive komputer
rentan terhadap kegagalan akhirnya.
Keep Creative!
Posting Komentar untuk "Istilah Dalam Videografri Yang Harus Diketahui"